cover
Contact Name
Alvi Nur Yudistira
Contact Email
maz.wie@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
redaksi@jppik.id
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan
ISSN : 19786514     EISSN : 26848651     DOI : -
Jurnal Penyuluhan Perikanan dan kelautan menerima artikel yang memuat hasil penelitian dalam bidang perikanan dalam arti luas. Topik yang dapat dipublikasikan melalui jurnal ini antara lain : penyuluhan perikanan; pemberdayaan masyarakat perikanan; konservasi dan sumberdaya perikanan; sosial dan ekonomi perikanan; budidaya perikanan; pengolahan ikan; pemanfaatan sumberdaya perikanan; penangkapan ikan.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 12, No 3 (2018)" : 6 Documents clear
Pertumbuhan Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio) Pada Media Biofilter Berbeda Sabrina Sabrina; Samliok Ndobe; Musayyadah Tis’i; Desiana T Tobigo
Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan Vol 12, No 3 (2018)
Publisher : Program Studi Penyuluhan Perikanan Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33378/jppik.v12i3.111

Abstract

Budidaya ikan secara intensif, dengan padat penebaran dan dosis pemberian pakan yang tinggi akan mengakibatkan penurunan kualitas air budidaya, dimana sisa pakan dan sisa metabolisme ikan pada wadah budidaya, akan menghasilkan toksin berupa amonia sehingga dibutuhkan sistem budidaya yang dapat mereduksi toksin. Akuaponik merupakan salah satu sistem budidaya yang mampu mereduksi toksin di perairan dengan cara mempertahankan kualitas air selama periode tertentu tanpa mengganggu pertumbuhan ikan yang dipelihara dengan menggunakan tanaman sebagai biofilter. Tanaman akuaponik yang sering digunakan pembudidaya adalah tanaman yang memiliki akar serabut, antara lain kangkung air, sawi, selada. Jenis-jenis tanaman tersebut dapat memanfaatkan unsur hara yang ada dalam air media budidaya dari hasil buangan bahan organik oleh bakteri nitrifikasi berupa nitrat untuk pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan. Adapun jenis ikan yang sering digunakan dalam sistem akuaponik adalah ikan mas, nila, lele, bawal dan patin. Ikan mas (Cyprinus carpio L.) pada saat ini merupakan ikan air tawar yang paling tinggi produksinya dan sudah dibudidayakan secara komersil. Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan ikan mas (C. carpio) pada media biofilter dengan menggunakan jenis tanaman berbeda. Ikan mas yang digunakan dalam penelitian berukuran 5 – 7 cm. Penelitian didesain dengan menggunakan pola rancangan acak lengkap (RAL) 4 perlakuan (sebagai biofilter, yaitu tanaman sawi, kangkung, selada dan tanpa tanaman sebagai kontrol. Semua perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan biofilter tanaman sawi memberikan pertumbuhan bobot mutlak tertinggi pada ikan mas.
Ikan Asing Invasif, Tantangan Keberlanjutan Biodiversitas Perairan Lenny S Syafei; Dinno Sudinno
Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan Vol 12, No 3 (2018)
Publisher : Program Studi Penyuluhan Perikanan Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33378/jppik.v12i3.106

Abstract

Dikenal sebagai salah satu negara dengan mega-biodiversitas tertinggi, Indonesia juga tercatat memiliki kekayaan jenis ikan nomor tiga di dunia, setelah Brasil dan Cina. Sumber daya alam yang tidak dapat dipulih ini, berupa kekayaan jenis ikan; merupakan tanggung jawab bersama selaku bangsa. Karenanya, berbagai kondisi yang menekan perkembangan kekayaan jenis ikan asli, perlu mendapat perhatian yang serius. Satu diantaranya adalah kehadiran jenis ikan asing invasif yang masuk ke perairan tawar: danau dan sungai; baik disengaja/terprogram maupun tidak disengaja masuk kedalam perairan. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk mengulas kondisi terkini ancaman dari jenis ikan asing invasif terhadap keberlanjutan biodiversitas perairan. Hasil dari tulisan ini adalah berbagai upaya yang dapat dilaksanakan untuk mempertahankan keberlanjutan biodiversitas perairan, khususnya perairan tawar.
Inisiasi Ekowisata Waduk Jatigede di Kecamatan Wado Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat Widiya Asti
Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan Vol 12, No 3 (2018)
Publisher : Program Studi Penyuluhan Perikanan Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33378/jppik.v12i3.107

Abstract

Inisiasi ekowisata merupakan suatu langkah awal dalam pemanfaatan Waduk Jatigede sebagai lokasi wisata berbasis alam. Waduk Jatigede khususnya di Wilayah Kecamatan Wado dijadikan sebagai zona konservasi yang memiliki potensi untuk dijadikan sebagai lokasi ekowisata. Ekowisata Waduk Jatigede tentunya akan mendatangkan manfaat bagi masyarakat setempat. Tujuan dari kegiatan  ini yaitu meningkatkan pengetahuan dan sikap masyarakat Kecamatan Wado mengenai pengelolaan sumberdaya perairan. Kegiatan ini dilakukan menggunakan metode diskusi atau Focus Group Discussion (FGD) dengan sasaran berbagai pihak pemangku kepentingan di Kecamatan Wado. Teknik pengambilan data yang digunakan yaitu berdasarkan skala Likert serta analisis data yang digunakan yaitu statistik deskriptif. Hasil dari kegiatan inisisasi ekowisata Waduk Jatigede adanya peningkatan pada aspek pengetahuan sebesar 107,0% dan aspek sikap tercatat memperoleh nilai 662 terhadap nilai tertinggi 750 yang menunjukkan bahwa wacana inisiasi terwujudnya kegiatan ekowisata di Waduk Jatigede memperoleh respon yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil kegiatan ini masyarakat telah siap apabila  pemerintah daerah telah menetapkan kebijakan tentang pengembangan wisata di Waduk Jatigede Kabupaten Sumedang, serta adanya saran-saran dalam pengelolaan Waduk Jatigede kepada Aparat Desa.
Harpiosquilla raphidea, Udang Belalang Komoditas Unggulan dari Provinsi Jambi Sukarni Sukarni; Rina Rina; Ade Samsudin; Yefni Purna
Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan Vol 12, No 3 (2018)
Publisher : Program Studi Penyuluhan Perikanan Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33378/jppik.v12i3.108

Abstract

Harpiosquilla raphidea merupakan jenis udang belalang asli Jambi yang bersifat predator. Pemberian nama udang belalang didasarkan pada bentuk morfologinya yang menyerupai udang dan bentuk capit depannya seperti belalang sembah. Udang belalang memiliki 6-8 segmen abdomen dan mempunyai telson berwarna kuning yang ditandai dengan dua bintik cokelat gelap yang dikelilingi warna putih. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah desk study terhadap data primer, wawancara dan penelusuran berbagai penelitian terkait. Hasil analisa pada data pengiriman Harpiosquilla raphidea dari Jambi menunjukan trend peningkatan dari tahun 2015-2017 dengan rata-rata 23.38% pertahun, yaitu: tahun 2017 sebanyak 3.785.059 ekor, 2016 sebanyak 3.164.420 ekor dan 2015 sebanyak 2.488.867 ekor. Sampai saat ini untuk memperoleh Harpiosquilla raphidea masih mengandalkan tangkapan dari alam, oleh karena itu tulisan ini bertujuan untuk mengkaji data pengirimannya dari Jambi beberapa tahun terakhir yang akan berpengaruh terhadap kelestariannya di alam. Sejauh ini belum ada penelitian dan budidaya secara lengkap, mulai dari domestikasi calon induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva dan pembesaran. Upaya yang dilakukan sampai sekarang baru sebatas pemeliharaan di tempat penampungan sebelum dilakukan pengiriman keluar Jambi.
Hubungan Karakteristik Pembudidaya Ikan terhadap Adopsi Inovasi Pakan Alami Ikan di Kecamatan Darmaraja Kabupaten Sumedang Darwita, Nisfi; Danapraja, Sopiyan; Leilani, Ani
Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan Vol 12, No 3 (2018)
Publisher : Program Studi Penyuluhan Perikanan Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33378/jppik.v12i3.109

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui keeratan hubungan karakteristik pembudidaya terhadap tingkat adopsi inovasi pakan alami ikan (2) mengetahui tingkat adopsi inovasi berdasarkan kelas kelompok. Penelitian dilakukan di Kelompok Mina Mukti dan Kelompok Cipta Rasa Kecamatan Darmaraja Kabupaten Sumedang, pada bulan Februari sampai Mei 2018. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara, dan observasi sedangkan teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Karakteristik pembudidaya seperti umur, pendidikan, lama usaha, luas lahan dan pendapatan berhubungan dengan tingkatadopsi inovasi pakan alami ikan; (2) Tingkat adopsi inovasi pada kelompok madya (Mina Mukti) lebih tinggi dibandingkan kelompok pemula (Cipta Rasa). 
Pengaruh Kedalaman terhadap Perkembangan Rumput Laut Kotoni Hasil Kultur Jaringan Nico Runtuboy; Slamet Abadi
Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan Vol 12, No 3 (2018)
Publisher : Program Studi Penyuluhan Perikanan Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33378/jppik.v12i3.110

Abstract

Biotrop Bogor berhasil melakukan kultur jaringan bibit rumput laut Kotoni (Kappaphycus alvarezii) hingga skala laboratorium.Perkembangan hingga produksi masal telahberhasil dilakukan oleh BBPBL Lampung. Sebagai komoditas baru, perlu dilakukan uji coba pendahuluan. Salah satu yang telah dilakukan adalah melakukan uji coba pada tahun 2014 untuk mengetahui kedalaman terbaik terhadap perkembangan bibit rumput laut hasil kultur jaringan. Uji coba dilakukan selama VI minggu dengan menggunakan berat awal bibit yang sama yaitu 75 gram pada tiga tingkatan kedalaman perairanberbeda: 10 cm, 30 dan 50 cm. Parameter yang diamati meliputi, perkembangan tanaman, dan sintasan. Hasil pengamatan perkembangan tanaman pada kedalaman 10 cm dari minggu pertama sampai minggu ke VI berat awal 75 gr, 115,80 gr, 157,40 gr, 216,00 gr,303,00 gr, 341,00 gr dan 375,00 gr. Kedalaman 30 cm berat awal 75 gr, 118,60 gr,139,80 gr, 199,00 gr, 254 gr 293 gr dan 304 gr. Kadalaman 50 cm: berat awal 75 gr, 96,6 gr, 122,4 gr, 159 gr,207 gr, 250 gr dan 260,8 gr. Sintasan (SR) pada kedalaman 10 cm dari minggu pertama hingga minggu keempat 100 % dan pada minggu ke lima dan keenam masing-masing 98 %. SR pada kedalaman 30 cm dari minggu pertama hingga keempat 100 % dan minggu kelima dan keenam 96 %. Dan SR pada kedalaman 50 cm dari minggu pertama hingga minggu ke empat 100 % dan pada minggu ke lima 94 % dan 92 %. Berdasarkan hasil perhitungan, melakukan kegiatan produksi dapat melakukan penanaman pada kedalaman antara 10 hingga 30 cm.

Page 1 of 1 | Total Record : 6